CITRA DIRI PEMBERDAYA

Jati Diri

Dalam proses pemberdayaan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh masyarakat adalah mengenal jati diri. Jati diri suatu bangsa dicerminkan oleh jati diri masyarakat dan individu – individu warganya. Jati diri inilah yang akan memberdayakan diri kita dan pada akhirnya diharapkan akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengatasi segala gejolak maupun krisis yang melanda dirinya.

Sebenarnya setiap manusia pada saat dilahirkan membawa atau ‘dibekali’ karakteristik bawaan yang mulia (human endowment) sebagai Karunia Tuhan. Namun dalam perjalanan hidup watak yang terbentuk bisa berbeda dari watak bawaannya, atau bahkan bertentangan.

Menemukan jati diri berarti menyadari, menghayati dan memahami untuk apa kita dilahirkan, apa makna dari kelahiran dan hidup kita selanjutnya bagi kehidupan dan makna kehidupan itu sendiri bagi diri kita.

Apabila kita menyadari makna diri kita bagi kehidupan itu sendiri,kita akan tetap menjaga dan memelihara potensi dan karakteristik bawaan kita serta mengembangkannya untuk memperbaiki terus menerus kualitas hidup dan kehidupan. Kesadaran ini akan menjadi dorongan yang kuat bagi diri kita untuk mengejar dan mewujudkan cita – cita dan memaknai kehidupan kita sesuai dengan kebutuhan dasar (kebutuhan yang paling tinggi nilainya) yaitu self transendence. Kebutuhan tertinggi itu  ‘merupakan keseimbangan antara ‘selfish’ dan ‘selfless’. Selfish mengandung arti ‘aku yang teguh’ sedangkan selfless mengandung arti pengorbanan untuk sesama.

Mewujudkan cita – cita, keberhasilannya lebih ditentukan oleh sikap mentalnya (attitude) ketimbang kemampuan atau kecakapannya (aptittude). Sikap mental dibentuk oleh dorongan dari dalam atau kemauan (willingness) seseorang, sedangkan kemampuan (ability) adalah rangsangan dari luar atau lingkungan. 

Kinerja seseorang ditentukan oleh dua faktor utama tadi, bisa bersifat positif (konstruktif atau membangun) bisa juga bersifat negatif (destruktif atau merusak), hal ini sangat tergantung kepada sikap mental pelakunya. Bila sikap mental – nya positif, kinerja yang dihasilkan akan bersifat positif. 
Sebaliknya, bila sikap mentalnya negatif, kinerja yang dihasilkan juga akan negatif.

Kenyataannya apabila orang menyadari makna dirinya dalam kehidupan dan makna kehidupan bagi dirinya, segala perbuatan dalam hidupnya merupakan buah dari sikap mental positif-nya yang bersumber dari kesadaran menemukan “jati diri” – nya, kesadaran bahwa ia dilahirkan dengan bekal potensi dan karakteristik bawaan dan keberadaannya di dunia diharapkan bisa berperan – betapapun kecilnya – dalam memperbaiki kualitas kehidupan sebagai dikehendaki oleh Sang Pencipta.

Yang ditinggalkan manusia di dunia pada hakekatnya hanyalah amal perbuatannya , dia akan dikenang apabila dalam hidupnya bermanfaat atau mempunyai nilai bagi sesama. Oleh karena itu yang paling penting adalah apa yang diperbuat seseorang dalam hidupnya. Seperti kata pepatah : “ Lebih baik menjadi orang yang tidak dikenal – namanya- tetapi berbuat sesuatu – yang bermanfaat, daripada orang yang dikenal – namanya – akan tetapi tidak berbuat apapun”.
Setiap perbuatan berawal dari pikiran, maka apa yang dipikirkan seseorang sebelum mewujudkannya dalam perbuatan mempunai peranan yang menentukan nilai dari hasil perbuatannya. Apabila pikiran yang berkembang bisa ‘mendengarkan’ bisikan nurani, berarti mampu menangkap maksud dan tujuan kehidupan ini diciptakan , maka pikiran itu akan memperoleh daya (power) luar biasa sehingga perbuatan yang diwujudkannyapun mempunyai nilai yang besar.

Kitapun sebenarnya perlu menyadari atau menemukan kembali jati diri kita sendiri sebagai manusia, makhluk yang diciptakan lebih unggul dari segala makhluk ciptaan Tuhan, dengan segala karakteristik dan potensi bawaan sejak lahir yang bisa dikembangkan untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar bagi diri kita sendiri dan bagi kehidupan secara keseluruhan agar selalu mengarah pada maksud, tujuan dan kehendak Sang Pencipta.

Bila kita mempunyai pendirian yang teguh dan keyakinan pada kebenaran yang selalu kita kejar, rintangan apa pun harus berani kita hadapi. Bila diri kita berdaya, tidak seorang pun bisa memberdayakan kita, bahkan kita bisa memberdayakan orang lain. Untuk menemukan jati diri kita, kenalilah terlebih dahulu diri kita; siapa sebenarnya kita. Hal tersebut bisa dilakukan cukup dengan perenungan pada perjalanan hidup yang sudah dilalui, kapan saja setiap saat, mawas diri pada apa yang selama ini telah kita peroleh dan telah kita amalkan dalam hidup kita.

Pandanglah Diri
Sebelum mengenali diri, pandanglah terlebih dahulu diri kita. Cobalah berdiri di depan cermin, bayangan dalam cermin itulah wujud diri. Dialah cermin kita, yang paling setia dan jujur. Kita tidak akan bisa berbohong, karena setiap kali kita akan berbohong’ “kawan” anda yang ada dalam cermin akan mengingatkannya. Kalau kita tidak berdiri dalam cermin “kawan” kita tersebut sebenarnya “bersembunyi “ dalam diri kita, bahkan pikiran kita. Itulah yang disebut “hati nurani”.

Jangan sekali – kali mencemoohkan rupa atau wujud bayangan kita dalam cermin. Karena jika kita mencemoohkannya berarti kita kecewa dengan diri sendiri dan akhirnya orang lainpun akan mencemoohkan dan meremehkan kita.

Kenalilah Diri
Setelah bisa melihat atau memandang diri , berusahalah untuk mengenali apa yang ada dalam diri kita.  Untuk mengenali diri banyak cara yang bisa dilakukan . Jo Luft dan Harry Ingham mengembangkan model yang disebut Jendela Johari (Johari Window) membantu kita untuk mengenali diri, bisa dilihat dalam gambar kuadran di bawah ini :


Diri sendiri tahu
Diri sendiri tidak tahu
Orang lain tahu
“Terbuka”
(openess atau public)
“Buta”
(Blind)
Orang lain tidak tahu
“Tertutup”
(close atau private)
“Gelap”
(hidup dalam kegelapan)

Terbuka
         Kita mengenal diri sendiri begitu juga orang lain mengenal kita, berarti kita mempunyai keterbukaan dengan demikian kita mampu membantu orang lain dan sebaliknya.
Buta       : 
            Orang lain mengenal diri kita, tetapi kita sendiri tidak tahu artinya kita buta,dan akan hidup terombang ambing .
Tertutup
          Kita mengenal diri kita, akan tetapi orang lain tidak tahu bearti kita menutup diri dan tidak seorangpun bisa membantu apabila kita memerlukan bantuan.
Gelap     : 
         Orang lain tidak  dan diri sendiri sama – sama tidak ‘mengenal siapa sebenarnya kita”, berati hidup dalam kegelapan tidak tahu ke mana harus menuju dan apa sebaiknya yang harus dilakukan.

Bila kita diberikan pada dua alternatif pilihan, manakah yang anda akan pilih :
  1. Ingin menjadi sosok pribadi yang diharapkan orang lain/lingkungan
  2. Ingin menjadi sosok pribadi yang sesuai dengan gambaran pribadi anda

Bila alternatif pertama yang dipilih, artinya kita membiarkan dibentuk oleh orang lain/lingkungan (faktor eksternal). Bisa jadi apa yang diperbuat sebenarnya hanya sekedar memenuhi harapan atau keinginan orang lain/lingkungan.

Bila memilih alternatif yang kedua, bisa dianggap tidak peduli pada orang lain/lingkungan, bahka bisa dianggap ‘melawan arus’.  Tokoh – tokoh pemimpin yang kuat tidak jarang harus berani  “melawan arus’ demi membela kepentingan sesama, walaupun harus mengorbankan dirinya  karena berpegang tehuh pada prinsip. Contohnya : Gandhi.
  
Temukan Jati Diri
Untuk mengenali diri kita bisa mencari sendiri lewat  perenungan, mawas diri dan lain – lain. Kekuatiran bahwa bila kita mencari sendiri akan terlalu subjektif karena “ego” atau “aku” sebenarnya bergantung pada seberapa besar “ego” kita dan apakah kita hanya sekedar ingin tahu atau sadar merupakan kebutuhan kita untuk mengetahui atau mengenali jati diri kita. Juga bergantung apakah kita mau membohongi diri kita sendiri – yang sebenarnya sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan – atau jujur pada diri kita sendiri.

Mengenali, menemukan dan menyadari jati diri kita akan lebih memberdayakan diri kita sehingga kita menjadi semakin kuat untuk menghadapi dan mengatasi segala rintangan dan hambatan dalam hidup guna mewujudkan cita – cita kita, visi kita menuju kesuksesan dalam hidup, membuat kualitas hidup kita menjadi lebih baik dan berpeluang memperbaiki kualitas kehidupan bagi sesama. Bukankah itu yang menjadi tujuan dan kehendak Sang Pencipta, untuk itu pulalah kita dilahirkan  dan kita dilahirkan sama, dibekali karakteristik dan potensi yang sama pula.



*) Kisdarto Atmosoeprapto: Temukan Kembali Jati Diri Anda, dan BB Program P2KP

No comments:

Post a Comment

FOCUS GROUP DISCUSSION

Seperti terlihat dari namanya, Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terarah adalah media bagi  sekelompok orang untuk mendiskusi...